Keutamaan Doa Masuk Toilet
sumber :
http://www.majelisrasulullah.org/
عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ بْنِ صُهَيْبٍ قَالَ سَمِعْتُ أَنَسًا يَقُولُ :كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا دَخَلَ الْخَلَاءَ، قَالَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ.
(صحيح البخاري)
Dari Abdul Aziz bin Shuhaib berkata, kudengar Anas ra berkata : “Bahwa Nabi saw jika masuk ke toilet berdoa : Allahumma inniy Audzubika minal khubtsi walkhaba’its (wahai Allah Aku berlindung kepada Mu dari kejahatan syaitan dari segala jenisnya)” (shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha mengangkat derajat hamba-hamba yang dikehendakinya dengan keluhuran di dunia dan akhirah, Yang Maha menyingkirkan sedemikian banyak musibah yang akan datang kepada hamba-hambaNya sebab dosa-dosa yang mereka perbuat, karena setiap dosa yang diperbuat maka sama halnya dengan membuat musibah bagi diri mereka sendiri di masa mendatang entah di dunia atau di akhirat, namun meskipun demikian Allah subhnahu wata’ala senantiasa lebih banyak memberi ampunan dan maaf untuk hamba-hambaNya daripada menuntut perbuatan dosa yang mereka lakukan, terlebih bagi ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, demikian rahasia kelembutan Ilahi yang membalas setiap perbuatan baik dengan 10 kali lipat hingga 700 bahkan lebih, serta menyiapkan pengampunan untuk setiap perbuatan dosa yang dilakukan, seraya berfirman Allah subhanahu wata’ala dalam hadits qudsi:
يَا عِبَادِي إِنّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللّيْلِ وَالنّهَارِ, وَأَنَا أَغْفِرُ الذّنُوبَ جَمِيعاً فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرُ لَكُمْ
“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian berbuat salah siang dan malam, dan Aku mengampuni seluruh dosa, mintalah ampun kepadaKu, maka Aku mengampuni kalian”.
Dan disebutkan dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa setelah alam semesta dihamparkan dan ‘arsy ditegakkan, ketika itu Allah subhanahu wata’ala menuliskan di ‘arsy:
إِنََّ رَحْمَتِي تَغْلُبُ غَضَبِي
“Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.”
Allah subhanahu wata’ala mempunyai kemurkaan, sebagaimana telah diciptakannya neraka dan Allah juga menyiapkan siksa kubur, serta menciptakan musibah-musibah di dunia, namun kelembutan dan kasih sayangNya jauh lebih besar daripada kemurkaanNya. Oleh sebab itu mendekatlah kepada Yang Maha Lembut, dimana dengan mendekat kepadaNya akan berjatuhan dosa-dosa hamba tanpa diminta, terlebih lagi jika diminta. Allah subhanahu wata’ala erfirman dalam hadits qudsi dalam musnad Al Imam Ahmad Ibn Hambal :
يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كَانَ مِنْكَ فَلاَ أُبَالِي
“ Wahai keturunan Adam, jika engkau berdoa dan berharap kepadaKu niscaya Kuampuni dosa-dosa kalian tanpa Kupertanyakan lagi”
Demikian rahasia kelembutan Ilahi yang banyak tidak difahami oleh hamba-hambaNya sehingga mereka terus tenggelam dalam perbutan dosa di siang dan malamnya, tanpa mampu selamat dari perbuatan tersebut, karena tidak seorang pun dari hamba-hamba Allah yang mampu terhindar dari perbuatan dosa kecuali para nabi dan rasul. Namun ketika seseorang telah dekat dengan Sang Maha Pengampun, maka Sang Maha melimpahkan kelembutan dan kekuatan akan memberi hamba tersebut kekuatan untuk menghindari perbuatan dosa tersebut.
Allah subhanahu wata’ala berfirman :
وَالْعَصْرِ ، إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ، إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
( العصر : 1-3 )
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran”. ( QS. Al ‘Ashr : 1-3)
Seluruh kejadian yang berupa anugerah, kenikmatan atau musibah di setiap waktu dan saat sejak alam ini dicipta oleh Allah subhanahu wata’ala, sungguh keadaan semua manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Semoga kita semua termasuk dalam golongan orang yang beriman, dan mengerjakan kebaikan serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, sehingga termasuk orang yang berada dalam keberuntungan. Dan semua keberuntungan tersebut tersimpan dalam tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, orang yang paling ramah dan paling berlemah lembut dari seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala. Dan Allah subhanahu wata’ala berfirman :
لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ
(الحجر : 72 )
"Demi umurmu (Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing di dalam kemabukan (kesesatan)". ( QS. Al Hijr : 72 )
Dalam ayat tersebut, sebelumnya disebutkan tentang kisah nabi Luth AS dan perjuangannya, namun kemudian Allah berpindah dengan mengkhitabi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan firmanNya : “ Demi umurmu”, lantas apakah hubungan antara usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dengan zaman nabi Luth As?!, dikatakan oleh guru mulia Al Habib Umar bin Hafizh, dimana ayat ini menunjukkan bahwa seluruh kejadian para nabi dan rasul terdahulu terikat pada usia nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana dalam usia beliau shallallahu ‘alaihi wasallam yang singkat tersebut terdapat rahasia seluruh tuntunan para nabi-nabi sebelumnya dan tersimpan rahasia kebahagiaan seluas-luasnya di dunia dan akhirat.
Selanjutnya hadits yang telah kita baca menunjukkan tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam ketika masuk ke dalam toilet, dimana beliau mengucapkan :
اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ
“ Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari (gangguan) syaitan laki-laki dan syaitan perempuan”
Al Imam Ibn Hajar menjelaskan di dalam Fathul Bari bisyarah Shahih Al Bukhari, bahwa makna dari kalimat الخبث والخبائث adalah syaitan-syaitan jantan dan syaitan-syaitan betina yang mengganggu manusia di tempat-tempat yang kotor, yang diantaranya adalah toilet. Namun sebagian manusia tidak menyadari akan hal tersebut, sehingga banyak manusia dari kalangan ummat Islam yang lebih betah berdiam di toilet daripada membaca Al qur’an Al Karim, atau berdiam lama di tempat tersebut sehingga meninggalkan mengikuti shalat jamaah atau terlambat melakukan shalat atau yang lainnya yang mana hal tersebut terjadi di luar kesadarannya, yang mana di saat itu pemikirannya berada dalam cengkeraman syaitan yang sangat kuat. Al Imam Ibn Hajar juga menjelaskan bahwa makna kalimat الخبث والخبائث dalam ucapan atau perkataan bermakna cacian, adapun dalam agama maka kalimat tersebut bermakna kekufuran, adapun dalam perbuatan maka bermakna segala perbuatan buruk. Maka secara ringkas dalam doa ini nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam memohon kepada Allah subhanahu wata’ala untuk menjaga kita dari godaan syaitan dimana pun kita berada, terlebih lagi di tempat-tempat kotor yang tidak selayaknya berdiam lama di dalamnya. Selanjutnya dalam hal ini terdapat pertanyaan, yaitu kapankah doa tersebut diucapkan apakah sebelum masuk ke dalam toilet ataukah setelah masuk ke dalamnya. Maka Al Imam Ibn Hajar menjelaskan ketika yang akan dimasuki adalah tempat khusus untuk membuang air kecil atau air besar seperti toilet, maka doa tersebut dibaca sebelum masuk ke dalamnya. Adapun di tempat-tempat lain seperti ketika dalam perjalanan di hutan atau yang lainnya, maka doa tersebut dibaca ketika akan bersiap-siap membuang air kecil atau air besar agar terhindar dari gangguan syaitan. Jika dipadu makna kalimat dalam doa tersebut, maka kita telah berlindung kepada Allah dari godaan syaitan, dari perbuatan maksiat, dari kekufuran dan lainnya dari perbuatan-perbuatan buruk, sungguh demikian luas makna tuntunan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Padahal secara zhahir masuk ke dalam toilet adalah sesuatu yang remeh, namun bukanlah hal yang remeh jika mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Setiap memasuki toilet maka dengan doa tersebut berarti kita telah memohon kepada Allah agar dijauhkan dari ucapan yang buruk, dijauhkan dari perbuatan dosa, dijauhkan dari kekufuran, dijauhkan dari godaan syaitan, maka dengan mengikuti tuntunan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dalam hal itu seseorang akan mendapatkan keberuntungan yang sangat besar. Jika hal tersebut akan didapati hanya karena memasuki toilet, maka terlebih lagi sesuatu yang lebih luhur dari setiap tuntunan manusia yang paling luhur dari semua makhluk Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam orang yang paling lembut yang tidak suka mengganggu orang lain atau makhluk yang lainnya. Diriwayatkan di dalam kitab Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al Bukhari dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam perjalanan bersama para sahabat, maka di saat itu ada seekor burung berkicau di atas kepala beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tanpa henti, kemudian salah seorang sahabat menangkap dan menyingkirkan burung itu karena terus berkicau di atas kepala nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memahami kicauan burung tersebut, dimana burung itu mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa telur-telur burung itu telah diambil. Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata :“Siapa yang telah mengagetkan burung itu dengan mengambil telurnya?”, maka salah seorang sahabat berkata : “Aku yang mengambilnya wahai Rasulullah”, kemudian beliau meminta untuk mengembalikannya. Tentunya diperbolehkan mengambil telur burung, namun karena burung tersebut mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga sekedar mengagetkan burung pun beliau larang apalagi dengan mengambil telur-telurnya. Sehingga hewan pun mengetahui kelembutan sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang memberi kasih sayang dan perhatian kepadanya, maka terlebih lagi kasih sayang dan perhatian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang diberikan kepada umat beliau shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana suatu saat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa untuk sayyidah Aisyah, dengan berkata :
اَلَّلهُمَّ اغْفِرْ لِعَائِشَةَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهَا وَمَا تَأَخَّرَ وَمَا أَسْرَرْتَ وَمَا أَعْلَنْتَ
“Ya Allah, ampunilah dosa ‘Aisyah, baik dosa yang telah lewat, dosa belakangan, yang disembunyikan dan yang dilakukan dengan terang-terangan”.
Mendengar doa tersebut lantas sayyidah Aisyah Ra tertawa sampai kepalanya jatuh ke dalam pangkuan Nabi. Lantas nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Apakah doaku membuatmu bahagia?”. Kemudian sayyidah Aisyah Ra berkata : “Bagaimana aku tidak merasa bahagia dengan doamu wahai Rasulullah?”. Kemudian rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Doa itu adalah do’aku untuk ummatku yang kupanjatkan setiap sholat”, dan kita semua termasuk ke dalamnya, ke dalam naungan doa sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala memuliakan kita dengan mencintai dan mengikuti seorang yang menjadi pemimpin kedamaian dan ketenangan di dunia dan kahirat, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Semoga Allah subhanahu wata’ala mengabulkan seluruh hajat kita zhahir dan bathin, di dunia dan akhirat…
فَقُوْلُوْا جَمِيْعًا
Ucapkanlah bersama-sama
يَا الله...يَا الله... ياَ الله.. ياَرَحْمَن يَارَحِيْم ...لاَإلهَ إلَّاالله...لاَ إلهَ إلاَّ اللهُ اْلعَظِيْمُ الْحَلِيْمُ...لاَ إِلهَ إِلَّا الله رَبُّ اْلعَرْشِ اْلعَظِيْمِ...لاَ إِلهَ إلَّا اللهُ رَبُّ السَّموَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ اْلعَرْشِ اْلكَرِيْمِ...مُحَمَّدٌ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ،كَلِمَةٌ حَقٌّ عَلَيْهَا نَحْيَا وَعَلَيْهَا نَمُوتُ وَعَلَيْهَا نُبْعَثُ إِنْ شَاءَ اللهُ تَعَالَى مِنَ اْلأمِنِيْنَ.