Pro & Kontra Partai FPI
Wacana tentang rekomendasi PENGKAJIAN pendirian Partai Islam dibawah KONTROL FPI yang muncul dari hasil MUNAS II Front Pembela Islam (FPI) di Bogor tanggal 9 - 11 Desember 2008, rupanya telah menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai media.
Untuk mendudukkan wacana ini secara proporsional, Ketua Umum terpilih, Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab, menegaskan dalam tulisannya yang dikirim ke website ini, antara lain : "…. Mereka (masyarakat muslim yang awam, red) kecewa (terhadap partai Islam yang ada, red) karena merasa dikhianati, lalu mereka tumpahkan "uneg-uneg" mereka dalam Munas II FPI, akhirnya lahirlah Rekomendasi tentang Kajian Pendirian Partai Islam sendiri sebagai wadah aspirasi bagi segenap Aktivis FPI dan keluarganya, termasuk untuk simpatisan FPI di seluruh pelosok Indonesia. Partai yang mereka harapkan adalah Partai Islam yang memiliki ruh Revolusi Islam, yang hanya melaksanakan Politik Syariat bukan Politik Kepentingan, yang tujuannya hanya ridho Allah SWT semata, sehingga urusan "dipilih tidak dipilih" dan "menang kalah" bukan agenda penting lagi. . . Karena krisis multi dimensi yang melanda negeri sudah kompleks dan kronis, tidak bisa lagi diobati dengan Pil Reformasi, tapi harus diberi Suntikan Revolusi. Dan bukan sembarang Revolusi, tapi Revolusi Islam yang berdiri atas dasar Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. . . . Jadi kesimpulannya, bukan FPI jadi Partai sebagaimana diberitakan sejumlah media, melainkan FPI berencana membentuk Partai."
Berikut ini sebagian dari Pro-Kontra yang berhasil dikumpulkan Reporter www.fpi.or.id dari beberapa portal berita online maupun bersumber dari hasil wawancara langsung. Kebanyakan komentar yang terjadi tidak didasari pemahaman latarbelakang yang baik terhadap apa dan mengapa hingga timbul wacana 'partai FPI' ini. Namun insya Allah masukan ini bisa menjadi masukan para anggota FPI maupun para pengamat untuk memahami berbagai perbedaan pendapat yang terjadi.
Anas Purbaningrum, Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Politik dan Otonomi Daerah, 12 Desember 2008 :
Itu langkah yang baik karena energi, potensi dan kekuatan FPI bisa disalurkan lewat jalan demokrasi melalui partai politik". Jika FPI berhasil membuat partai politik, imbuhnya, FPI bisa mentransformasikan diri dari gerakan jalanan menjadi gerakan institusional. "Ini akan menjadi peluang bagi FPI untuk memperbaiki citra yang selama ini terkesan cenderung bersahabat dengan kekerasan," pungkasnya
(sumber : http://pemilu.okezone.com/read/2008/12/12/267/173109/anas-langkah-yang-baik-fpi-jadi-parpol)
Akbar Tanjung, mantan Ketua DPR/mantan Ketua Umum Partai Golkar, 15 Desember 2008 :
Menurut Akbar Tanjung, masyarakat tidak suka dengan gerakan-gerakan yang keras. Akibatnya peluang partai FPI nantinya tidak akan terlalu besar. "Tentu saja ada yang akan memilih partai FPI itu. Tapi saya tidak melihat akan menjadi partai yang besar. Dilihat dari tokoh yang ada di sana, sangat susah mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat," kata mantan Ketua DPR Akbar Tandjung.
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68976/akbar-partai-fpi-susah-dapat-simpati/)
Arbi Sanit, Pengamat Politik, 14 Desember 2008 :
"Bebas saja, kalau memang mau membuat partai, yang penting mengikuti undang-undangnya saja. Setidaknya kalau dibentuk partai akan lebih terkontrol". Dengan munculnya partai yang dibentuk FPI, ujar Arbi, setidaknya dapat mendorong partai-partai Islam untuk lebih keras lagi dalam mempertahankan pendukungnya. Namun, Arbi tidak dapat menjamin partai yang dibentuk FPI ini akan menarik simpati masyarakat. "Sekarang saja sudah kelihatan orang-orang yang masuk di dalamnya hanya orang-orang yang fanatik saja," pungkasnya.
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/12/14/68712/fpi-bikin-partai-anarkisme-stop/
Ray Rangkuti, Pengamat Politik, 14 Desember 2008
"Spiritnya tidak salah, boleh saja dirikan parpol sesuai Undang-undang parpol. Namun secara teoretis sulit memahami apa yang menjadi landasan mereka. Paham yang seperti apa yang mereka inginkan, sementara publik selama ini melihat KDRT mereka". Menurutnya, perlu adanya penjelasan dari FPI sebelum mereka mendirikan parpol apakah mereka pro-demokrasi atau tidak. Sebab, menurut Ray, tidak adanya kekerasan dalam demokrasi, sama seperti dalam Syariat Islam. "Mereka hanya merasa besar karena diperbincangkan publik terhadap kasus yang mereka buat. Itu yang mereka pikir sebagai peluang untuk dirikan parpol," ujarnya.
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/14/68713/parpol-fpi-cuma-modal-nekat/)
Khamami Zada, Pengamat Gerakan Islam Radikal di Indonesia/ staf pengajar Fakultas dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 14 Desember 2008 :
Menurut Khamami, perubahan FPI menjadi partai politik tidak terlepas dari peran dan campur tangan kalangan militer. "Pasti ada yang memainkan. Bisa militer aktif atau kalangan militer purnawirawan," cetus Khamami yang juga tersebut. Perubahan FPI dari gerakan jalanan menjadi partai politik juga bakal diikuti dengan gerakan pro dan kontra di kalangan internal. Bisa saja, pasca wacana pembentukan partai politik di FPI memunculkan ormas sempalan sebagaimana yang berlaku di ormas Islam lainnya.
(http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68795/fpi-dari-jalanan-ke-senayan/)
T. Taufiqulhadi, Wasekjen DPP PPP, 14 Desember 2008 :
Menurut Taufiqul, FPI selama ini dikenal sebagai tempat orang-orang dalam menyalurkan aspirasi, karenanya tidak perlu membentuk parpol. "Kalau memang itu benar dalam konteks keputusan umat, menurut saya bisa mengakibatkan dampak yang semakin tidak baik, umat jadi terkotak-kotak. Saya rasa partai Islam sudah cukup banyak, tidak perlu lagi partai Islam baru, karena akan menambah semakin parahnya politik umat."
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68876/parpol-fpi-makin-kotakkan-umat-islam/)
Guntur Romli, Karyawan Yayasan Jurnal Perempuan/Anggota AKKBB yg menjadi Biang Kerok Peristiwa Monas 1 Juni 2008, 14 Desember 2008 :
"Bagus keinginan mendirikan parpol daripada FPI melakukan tindakan anarkis. Pertanyaannya siapa yang mau memilih FPI yang sudah identik dengan kekerasan. Kalau mau menjadi parpol pakai nama lain saja dan kalau ingin menjadi lembaga dakwah gunakan nama lain juga, jangan FPI," sarannya.
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/12/14/68716/siapa-mau-coblos-partai-fpi/
Jackson Kumaat, Sekjen Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Pakar Pangan, 22 Desember 2008 :
"Pakar Pangan siap pasang badan bersama aparat penegak hukum dalam menghadapi setiap orang atau kelompok yang berniat merusak NKRI"…Bagi warga negara atau partai politik yang berniat mengubah Pancasila dan UUD 1945, silakan keluar dari NKRI. Bagi kami, NKRI adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar". Disampaikan Jackson Kumaat sebagai tanggapan atas wacana pendirian 'parpol FPI' yang bermotifkan memperjuangkan syariat Islam, seperti diberitakan detik.com.
http://www.detiknews.com/read/2008/12/19/233314/1056757/10/pengganti-ideologi-bangsa-harus-keluar-dari-nkri (Khusus untuk komentar Jackson Kumaat ini yang dianggap melecehkan aqidah Islam dan , redaksi telah menulis berita tentang tanggapan Habib Rizieq dan Munarman SH dalam tulisan yang berjudul "FPI Kecam Politisi Kristen Fitnah Islam" di website ini).
DR. Rumadi, peneliti pada The Wahid Institute, 14 Desember 2008 :
"Lebih baik FPI menjadi partai politik. Dengan begitu bisa bermain dalam ring yang disediakan, tidak bermain di politik jalanan."
(http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68795/fpi-dari-jalanan-ke-senayan/)
Zainal Arifin Mochtar, Pengamat Politik, 14 Desember 2008 :
Niat FPI untuk mendirikan parpol tidak boleh dihalang, karena siapapun boleh mendirikan partai.
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68876/parpol-fpi-makin-kotakkan-umat-islam/)
Hilman Rosyad Shihab, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI/Anggota Fraksi PKS, 15 Desember 2008 :
"Itu sah-sah saja, asalkan mengikuti prosuderal perundangan. Tidak ada masalah. Kita negara demokrasi. Nanti bersaing saja," kata anggota Fraksi PKS Hilman Rosyad Shihab saat dihubungi INILAH.COM, Jakarta, Senin (15/12). Terkait imej FPI yang dianggap masyarakat banyak melakukan perbuatan anarkis, Hilman menganggap bukan hanya FPI saja yang berlaku seperti itu. Dan hal itu tidak ada hubungannya dengan mendirikan partai.
(sumber : http://www.inilah.com/berita/pemilu-2009/2008/12/15/68956/partai-fpi-tak-bisa-tandingi-pks/)
Bima Aria Sugiarto, Direktur Eksekutif Charta Politika, 14 Desember 2008 :
Dengan mendirikan partai politik, FPI memilih sistem yang demokratis. Karena selama ini lebih bermain pada wilayah ekstraparlementer yang cenderung melemahkan sistem. "Langkah FPI, layak diapresiasi," tegasnya. Bahkan Bima menilai, peluang FPI tampil di panggung politik nasional untuk mengeruk massa pemilih terbuka lebar. "Peluang FPI tetap ada jika mampu melakukan diferensiasi dengan parpol lainnya dengan nilai tambah ideologi perjuangan dan kaderisasi yang kokoh," tegasnya. Namun ia mengingatkan transformasi dari gerakan massa ke gerakan politik yang sistemik menjadi tantangan bagi FPI untuk dapat eksis di kancah politik nasional. Jika kelak FPI berubah menjadi partai politik, setidaknya akan memiliki perbedaan dengan partai Islam lainnya. Dengan ciri khas dan sikap politik yang tegas, tak mustahil FPI mampu menarik massa Islam yang sefaham dan selama ini tidak diakomodasi oleh partai Islam lain. Terlebih, saat ini terjadi upaya penggeseran dari partai Islam menuju partai yang lebih longgar dan terbuka. Sebut saja PKS, PPP, PBB, dan PBR. Meski langkah partai Islam tersebut realistis, namun tidak dipungkiri akan menimbulkan resistensi bagi konstituennya. Nah, massa sempalan tersebut dapat diambil FPI. Namun bagi Bima, jika FPI tetap mengambil posisi garis keras, maka segmen politik akan sangat terbatas. "Karena mayoritas pemilih tidak menyukai platform religius yang ekstrim," ingatnya. Selain itu, FPI juga memiliki tantangan menerapkan sistem demokratis di internal daripada otoritas personal yang selama ini identik dengan sosok Riziek Shihab.
(http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68795/fpi-dari-jalanan-ke-senayan/)
Tifatul Sembiring, Presiden PKS, 12 Desember 2008 :
"Silakan saja kalau memang mereka ingin mendirikan partai, toh dari dahulu juga kan bebas siapapun bisa mendirikan partai. Hal terpenting untuk umat saat ini bukan untuk menambah partai tapi yang penting adalah membangun ukuwah dan bersinergi. Ini yang belum terjadi".
http://pemilu.okezone.com/read/2008/12/12/267/172827/pks-fpi-bikin-parpol-silakan-saja
DR. H. Ahmad Sumargono, SE., MM, Ketua Umum GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia), Ketua DPW-DKI Partai Bulan Bintang, 23 Desember 2008 :
Kalau motif pendirian 'partai FPI' didasari kekecewaan FPI bahwa partai-partai Islam yang ada saat ini tidak memperjuangkan syariat Islam dan pembubaran Ahmadiyah secara serius, maka PBB (Partai Bulan Bintang) sangat menyayangkan hal ini karena PBB konsisten dalam memperjuangkan syariat Islam, termasuk pembubaran Ahmadiyah. Jadi apa yang diperjuangkan FPI sebenarnya sudah terwakili oleh PBB di ruang politik. Boleh saja FPI mendirikan partai, asal kehadirannya tidak kontra-produktif bagi kubu-kubu kekuatan Islam yang sudah ada. Sebaiknya FPI memiliki perhitungan yang matang karena ini menyangkut kemampuan pengorganisasian yang kuat.
Hanif bin Mochammad Ichsan, Aktifis Muslim, Sharjah - United Arab Emirates, 22 Desember 2008 :
Semoga FPI tidak menjadi partai. Semangat FPI untuk ingin menjadi partai sebenarnya sama persis dengan tarbiyah yang dulunya mendirikan PK (sekarang PKS). Bahkan bisa dibilang mungkin PK jauh lebih garang cita-citanya, maklum ustadz-ustadz nya banyak yang lulusan dari Saudi yang terkenal dengan "firqah an najiyah" nya. Tarbiyah era 80-an "katanya" sama persis dengan salafiyyin. Dimana wanita memakai cadar, sdang prianya jenggotan dan bercelana cingkrang. Bacaannya sama dari buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Untuk referensi tauhid, yang dibaca juga kitab tauhidnya Muhammadbin Abdul Wahhab. Cuman kalau tarbiyah ditambahi bukunya Hassan Al Bana dan Al Qardhawy, dll. Suatu kali majalah internal PKS yang bernama Ishlah, pernah menampilkan foto mulutnya akhwat di cover nya langsung diprotes oleh para anggotanya (bayangkan, cuman mulut saja diprotes). Tapi keadaan berubah setelah 10 tahun seperti kita saksikan saat ini.
Atau kita lihat PBB (Partai Bulan Bintang) misalnya yg semboyannya dulu juga utk menegakkan "izzul Islam wal Muslimin". Tapi yah tahu sendiri lah faktanya. Daripada mendirikan partai, sebaiknya FPI berjihad lewat jalan lain seperti media dan pendidikan yang masih kekurangan pemain ketimbang politik.
KH. M. Al-Khaththath, Sekjen FUI (Forum Umat Islam), 22 Desember 2008 :
Sekarang yang diperlukan ummat adalah partai Islam yang berani secara lugas mengkritik sistem yang ada dan memberikan alternatif sistem Islam sebagai satu-satunya alternatif. Untuk itu perlu disusun konsep syariah dalam ipoleksosbudhankam, lalu ditawarkan kepada publik secara terbuka dalam diskusi-diskusi politik dan intelektual, dan dilakukan pendidikan politik Islam kepada ummat, agar ummat semakin cerdas, awas dan waspada sehingga tidak mudah tertipu.
Adian Husaini, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 18 Desember 2008 :
"Ada sekian banyak cara dan jalur perjuangan untuk penegakan syariat Islam atau pembelaan terhadap Islam. Bukan berarti FPI harus ada di setiap jalur atau mengisi jalur yang kosong seperti jalur politik misalnya. Jalur parpol sudah jenuh, lebih efektif bila FPI memperkuat infrastruktur perjuangannya, misal dengan mendirikan media radio, koran atau TV. Apalagi memiliki media Islam termasuk fardhu khifayah."
Munarman SH, Ketua Ketua An-Nashr Institute/ Panglima Komando Laskar Islam/ Mantan Ketua YLHBI, 18 Desember 2008 :
"Parpol Islam yang ada saat ini masih menempatkan syariat Islam sebatas misi dan lemah di praktek. Belum ada parpol yang berkeinginan menegakkan syariat Islam secara kaffah. Parpol Islam yang ada lebih mementingkan imej hingga melupakan yang haq. Amanah keberadaan partai Islam yang ada semata-mata berhenti pada menjadikan umat Islam sebagai orang yang soleh, sekedar menjadikannya ahli ibadah. Bahkan mereka telah merasa bersikap amanah, padahal itu semu karena sebenarnya mereka sedang beramanah terhadap sistem politik yang bukan bersumber pada Islam. Semoga kehadiran FPI di jalur politik merupakan terobosan baru dan berpeluang memecahkan kebekuan politik diantara umat Islam ".
DR. Eggi Sudjana, Pengacara/ Caleg DPD RI Provinsi Jabar, 17 Desember 2008 :
"Saya menyatakan mendukung (pendirian partai, red) FPI dan ikut memperjuangkan pembubaran Ahmadiyah"
(Pernyataan yang disampaikan melalui pesan singkat ponsel kepada redaksi www.fpi.or.id).
sumber : http://fpi.or.id/index.php?p=detail&nid=131
Wacana tentang rekomendasi PENGKAJIAN pendirian Partai Islam dibawah KONTROL FPI yang muncul dari hasil MUNAS II Front Pembela Islam (FPI) di Bogor tanggal 9 - 11 Desember 2008, rupanya telah menjadi bahan perbincangan hangat di berbagai media.
Untuk mendudukkan wacana ini secara proporsional, Ketua Umum terpilih, Al-Habib Muhammad Rizieq Syihab, menegaskan dalam tulisannya yang dikirim ke website ini, antara lain : "…. Mereka (masyarakat muslim yang awam, red) kecewa (terhadap partai Islam yang ada, red) karena merasa dikhianati, lalu mereka tumpahkan "uneg-uneg" mereka dalam Munas II FPI, akhirnya lahirlah Rekomendasi tentang Kajian Pendirian Partai Islam sendiri sebagai wadah aspirasi bagi segenap Aktivis FPI dan keluarganya, termasuk untuk simpatisan FPI di seluruh pelosok Indonesia. Partai yang mereka harapkan adalah Partai Islam yang memiliki ruh Revolusi Islam, yang hanya melaksanakan Politik Syariat bukan Politik Kepentingan, yang tujuannya hanya ridho Allah SWT semata, sehingga urusan "dipilih tidak dipilih" dan "menang kalah" bukan agenda penting lagi. . . Karena krisis multi dimensi yang melanda negeri sudah kompleks dan kronis, tidak bisa lagi diobati dengan Pil Reformasi, tapi harus diberi Suntikan Revolusi. Dan bukan sembarang Revolusi, tapi Revolusi Islam yang berdiri atas dasar Iman dan Taqwa kepada Allah SWT. . . . Jadi kesimpulannya, bukan FPI jadi Partai sebagaimana diberitakan sejumlah media, melainkan FPI berencana membentuk Partai."
Berikut ini sebagian dari Pro-Kontra yang berhasil dikumpulkan Reporter www.fpi.or.id dari beberapa portal berita online maupun bersumber dari hasil wawancara langsung. Kebanyakan komentar yang terjadi tidak didasari pemahaman latarbelakang yang baik terhadap apa dan mengapa hingga timbul wacana 'partai FPI' ini. Namun insya Allah masukan ini bisa menjadi masukan para anggota FPI maupun para pengamat untuk memahami berbagai perbedaan pendapat yang terjadi.
Anas Purbaningrum, Ketua DPP Partai Demokrat Bidang Politik dan Otonomi Daerah, 12 Desember 2008 :
Itu langkah yang baik karena energi, potensi dan kekuatan FPI bisa disalurkan lewat jalan demokrasi melalui partai politik". Jika FPI berhasil membuat partai politik, imbuhnya, FPI bisa mentransformasikan diri dari gerakan jalanan menjadi gerakan institusional. "Ini akan menjadi peluang bagi FPI untuk memperbaiki citra yang selama ini terkesan cenderung bersahabat dengan kekerasan," pungkasnya
(sumber : http://pemilu.okezone.com/read/2008/12/12/267/173109/anas-langkah-yang-baik-fpi-jadi-parpol)
Akbar Tanjung, mantan Ketua DPR/mantan Ketua Umum Partai Golkar, 15 Desember 2008 :
Menurut Akbar Tanjung, masyarakat tidak suka dengan gerakan-gerakan yang keras. Akibatnya peluang partai FPI nantinya tidak akan terlalu besar. "Tentu saja ada yang akan memilih partai FPI itu. Tapi saya tidak melihat akan menjadi partai yang besar. Dilihat dari tokoh yang ada di sana, sangat susah mendapat simpati dan dukungan dari masyarakat," kata mantan Ketua DPR Akbar Tandjung.
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68976/akbar-partai-fpi-susah-dapat-simpati/)
Arbi Sanit, Pengamat Politik, 14 Desember 2008 :
"Bebas saja, kalau memang mau membuat partai, yang penting mengikuti undang-undangnya saja. Setidaknya kalau dibentuk partai akan lebih terkontrol". Dengan munculnya partai yang dibentuk FPI, ujar Arbi, setidaknya dapat mendorong partai-partai Islam untuk lebih keras lagi dalam mempertahankan pendukungnya. Namun, Arbi tidak dapat menjamin partai yang dibentuk FPI ini akan menarik simpati masyarakat. "Sekarang saja sudah kelihatan orang-orang yang masuk di dalamnya hanya orang-orang yang fanatik saja," pungkasnya.
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/12/14/68712/fpi-bikin-partai-anarkisme-stop/
Ray Rangkuti, Pengamat Politik, 14 Desember 2008
"Spiritnya tidak salah, boleh saja dirikan parpol sesuai Undang-undang parpol. Namun secara teoretis sulit memahami apa yang menjadi landasan mereka. Paham yang seperti apa yang mereka inginkan, sementara publik selama ini melihat KDRT mereka". Menurutnya, perlu adanya penjelasan dari FPI sebelum mereka mendirikan parpol apakah mereka pro-demokrasi atau tidak. Sebab, menurut Ray, tidak adanya kekerasan dalam demokrasi, sama seperti dalam Syariat Islam. "Mereka hanya merasa besar karena diperbincangkan publik terhadap kasus yang mereka buat. Itu yang mereka pikir sebagai peluang untuk dirikan parpol," ujarnya.
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/14/68713/parpol-fpi-cuma-modal-nekat/)
Khamami Zada, Pengamat Gerakan Islam Radikal di Indonesia/ staf pengajar Fakultas dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 14 Desember 2008 :
Menurut Khamami, perubahan FPI menjadi partai politik tidak terlepas dari peran dan campur tangan kalangan militer. "Pasti ada yang memainkan. Bisa militer aktif atau kalangan militer purnawirawan," cetus Khamami yang juga tersebut. Perubahan FPI dari gerakan jalanan menjadi partai politik juga bakal diikuti dengan gerakan pro dan kontra di kalangan internal. Bisa saja, pasca wacana pembentukan partai politik di FPI memunculkan ormas sempalan sebagaimana yang berlaku di ormas Islam lainnya.
(http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68795/fpi-dari-jalanan-ke-senayan/)
T. Taufiqulhadi, Wasekjen DPP PPP, 14 Desember 2008 :
Menurut Taufiqul, FPI selama ini dikenal sebagai tempat orang-orang dalam menyalurkan aspirasi, karenanya tidak perlu membentuk parpol. "Kalau memang itu benar dalam konteks keputusan umat, menurut saya bisa mengakibatkan dampak yang semakin tidak baik, umat jadi terkotak-kotak. Saya rasa partai Islam sudah cukup banyak, tidak perlu lagi partai Islam baru, karena akan menambah semakin parahnya politik umat."
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68876/parpol-fpi-makin-kotakkan-umat-islam/)
Guntur Romli, Karyawan Yayasan Jurnal Perempuan/Anggota AKKBB yg menjadi Biang Kerok Peristiwa Monas 1 Juni 2008, 14 Desember 2008 :
"Bagus keinginan mendirikan parpol daripada FPI melakukan tindakan anarkis. Pertanyaannya siapa yang mau memilih FPI yang sudah identik dengan kekerasan. Kalau mau menjadi parpol pakai nama lain saja dan kalau ingin menjadi lembaga dakwah gunakan nama lain juga, jangan FPI," sarannya.
http://www.inilah.com/berita/politik/2008/12/14/68716/siapa-mau-coblos-partai-fpi/
Jackson Kumaat, Sekjen Dewan Pimpinan Nasional (DPN) Pakar Pangan, 22 Desember 2008 :
"Pakar Pangan siap pasang badan bersama aparat penegak hukum dalam menghadapi setiap orang atau kelompok yang berniat merusak NKRI"…Bagi warga negara atau partai politik yang berniat mengubah Pancasila dan UUD 1945, silakan keluar dari NKRI. Bagi kami, NKRI adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar". Disampaikan Jackson Kumaat sebagai tanggapan atas wacana pendirian 'parpol FPI' yang bermotifkan memperjuangkan syariat Islam, seperti diberitakan detik.com.
http://www.detiknews.com/read/2008/12/19/233314/1056757/10/pengganti-ideologi-bangsa-harus-keluar-dari-nkri (Khusus untuk komentar Jackson Kumaat ini yang dianggap melecehkan aqidah Islam dan , redaksi telah menulis berita tentang tanggapan Habib Rizieq dan Munarman SH dalam tulisan yang berjudul "FPI Kecam Politisi Kristen Fitnah Islam" di website ini).
DR. Rumadi, peneliti pada The Wahid Institute, 14 Desember 2008 :
"Lebih baik FPI menjadi partai politik. Dengan begitu bisa bermain dalam ring yang disediakan, tidak bermain di politik jalanan."
(http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68795/fpi-dari-jalanan-ke-senayan/)
Zainal Arifin Mochtar, Pengamat Politik, 14 Desember 2008 :
Niat FPI untuk mendirikan parpol tidak boleh dihalang, karena siapapun boleh mendirikan partai.
(sumber : http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68876/parpol-fpi-makin-kotakkan-umat-islam/)
Hilman Rosyad Shihab, Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI/Anggota Fraksi PKS, 15 Desember 2008 :
"Itu sah-sah saja, asalkan mengikuti prosuderal perundangan. Tidak ada masalah. Kita negara demokrasi. Nanti bersaing saja," kata anggota Fraksi PKS Hilman Rosyad Shihab saat dihubungi INILAH.COM, Jakarta, Senin (15/12). Terkait imej FPI yang dianggap masyarakat banyak melakukan perbuatan anarkis, Hilman menganggap bukan hanya FPI saja yang berlaku seperti itu. Dan hal itu tidak ada hubungannya dengan mendirikan partai.
(sumber : http://www.inilah.com/berita/pemilu-2009/2008/12/15/68956/partai-fpi-tak-bisa-tandingi-pks/)
Bima Aria Sugiarto, Direktur Eksekutif Charta Politika, 14 Desember 2008 :
Dengan mendirikan partai politik, FPI memilih sistem yang demokratis. Karena selama ini lebih bermain pada wilayah ekstraparlementer yang cenderung melemahkan sistem. "Langkah FPI, layak diapresiasi," tegasnya. Bahkan Bima menilai, peluang FPI tampil di panggung politik nasional untuk mengeruk massa pemilih terbuka lebar. "Peluang FPI tetap ada jika mampu melakukan diferensiasi dengan parpol lainnya dengan nilai tambah ideologi perjuangan dan kaderisasi yang kokoh," tegasnya. Namun ia mengingatkan transformasi dari gerakan massa ke gerakan politik yang sistemik menjadi tantangan bagi FPI untuk dapat eksis di kancah politik nasional. Jika kelak FPI berubah menjadi partai politik, setidaknya akan memiliki perbedaan dengan partai Islam lainnya. Dengan ciri khas dan sikap politik yang tegas, tak mustahil FPI mampu menarik massa Islam yang sefaham dan selama ini tidak diakomodasi oleh partai Islam lain. Terlebih, saat ini terjadi upaya penggeseran dari partai Islam menuju partai yang lebih longgar dan terbuka. Sebut saja PKS, PPP, PBB, dan PBR. Meski langkah partai Islam tersebut realistis, namun tidak dipungkiri akan menimbulkan resistensi bagi konstituennya. Nah, massa sempalan tersebut dapat diambil FPI. Namun bagi Bima, jika FPI tetap mengambil posisi garis keras, maka segmen politik akan sangat terbatas. "Karena mayoritas pemilih tidak menyukai platform religius yang ekstrim," ingatnya. Selain itu, FPI juga memiliki tantangan menerapkan sistem demokratis di internal daripada otoritas personal yang selama ini identik dengan sosok Riziek Shihab.
(http://inilah.com/berita/politik/2008/12/15/68795/fpi-dari-jalanan-ke-senayan/)
Tifatul Sembiring, Presiden PKS, 12 Desember 2008 :
"Silakan saja kalau memang mereka ingin mendirikan partai, toh dari dahulu juga kan bebas siapapun bisa mendirikan partai. Hal terpenting untuk umat saat ini bukan untuk menambah partai tapi yang penting adalah membangun ukuwah dan bersinergi. Ini yang belum terjadi".
http://pemilu.okezone.com/read/2008/12/12/267/172827/pks-fpi-bikin-parpol-silakan-saja
DR. H. Ahmad Sumargono, SE., MM, Ketua Umum GPMI (Gerakan Persaudaraan Muslim Indonesia), Ketua DPW-DKI Partai Bulan Bintang, 23 Desember 2008 :
Kalau motif pendirian 'partai FPI' didasari kekecewaan FPI bahwa partai-partai Islam yang ada saat ini tidak memperjuangkan syariat Islam dan pembubaran Ahmadiyah secara serius, maka PBB (Partai Bulan Bintang) sangat menyayangkan hal ini karena PBB konsisten dalam memperjuangkan syariat Islam, termasuk pembubaran Ahmadiyah. Jadi apa yang diperjuangkan FPI sebenarnya sudah terwakili oleh PBB di ruang politik. Boleh saja FPI mendirikan partai, asal kehadirannya tidak kontra-produktif bagi kubu-kubu kekuatan Islam yang sudah ada. Sebaiknya FPI memiliki perhitungan yang matang karena ini menyangkut kemampuan pengorganisasian yang kuat.
Hanif bin Mochammad Ichsan, Aktifis Muslim, Sharjah - United Arab Emirates, 22 Desember 2008 :
Semoga FPI tidak menjadi partai. Semangat FPI untuk ingin menjadi partai sebenarnya sama persis dengan tarbiyah yang dulunya mendirikan PK (sekarang PKS). Bahkan bisa dibilang mungkin PK jauh lebih garang cita-citanya, maklum ustadz-ustadz nya banyak yang lulusan dari Saudi yang terkenal dengan "firqah an najiyah" nya. Tarbiyah era 80-an "katanya" sama persis dengan salafiyyin. Dimana wanita memakai cadar, sdang prianya jenggotan dan bercelana cingkrang. Bacaannya sama dari buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim. Untuk referensi tauhid, yang dibaca juga kitab tauhidnya Muhammadbin Abdul Wahhab. Cuman kalau tarbiyah ditambahi bukunya Hassan Al Bana dan Al Qardhawy, dll. Suatu kali majalah internal PKS yang bernama Ishlah, pernah menampilkan foto mulutnya akhwat di cover nya langsung diprotes oleh para anggotanya (bayangkan, cuman mulut saja diprotes). Tapi keadaan berubah setelah 10 tahun seperti kita saksikan saat ini.
Atau kita lihat PBB (Partai Bulan Bintang) misalnya yg semboyannya dulu juga utk menegakkan "izzul Islam wal Muslimin". Tapi yah tahu sendiri lah faktanya. Daripada mendirikan partai, sebaiknya FPI berjihad lewat jalan lain seperti media dan pendidikan yang masih kekurangan pemain ketimbang politik.
KH. M. Al-Khaththath, Sekjen FUI (Forum Umat Islam), 22 Desember 2008 :
Sekarang yang diperlukan ummat adalah partai Islam yang berani secara lugas mengkritik sistem yang ada dan memberikan alternatif sistem Islam sebagai satu-satunya alternatif. Untuk itu perlu disusun konsep syariah dalam ipoleksosbudhankam, lalu ditawarkan kepada publik secara terbuka dalam diskusi-diskusi politik dan intelektual, dan dilakukan pendidikan politik Islam kepada ummat, agar ummat semakin cerdas, awas dan waspada sehingga tidak mudah tertipu.
Adian Husaini, Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, 18 Desember 2008 :
"Ada sekian banyak cara dan jalur perjuangan untuk penegakan syariat Islam atau pembelaan terhadap Islam. Bukan berarti FPI harus ada di setiap jalur atau mengisi jalur yang kosong seperti jalur politik misalnya. Jalur parpol sudah jenuh, lebih efektif bila FPI memperkuat infrastruktur perjuangannya, misal dengan mendirikan media radio, koran atau TV. Apalagi memiliki media Islam termasuk fardhu khifayah."
Munarman SH, Ketua Ketua An-Nashr Institute/ Panglima Komando Laskar Islam/ Mantan Ketua YLHBI, 18 Desember 2008 :
"Parpol Islam yang ada saat ini masih menempatkan syariat Islam sebatas misi dan lemah di praktek. Belum ada parpol yang berkeinginan menegakkan syariat Islam secara kaffah. Parpol Islam yang ada lebih mementingkan imej hingga melupakan yang haq. Amanah keberadaan partai Islam yang ada semata-mata berhenti pada menjadikan umat Islam sebagai orang yang soleh, sekedar menjadikannya ahli ibadah. Bahkan mereka telah merasa bersikap amanah, padahal itu semu karena sebenarnya mereka sedang beramanah terhadap sistem politik yang bukan bersumber pada Islam. Semoga kehadiran FPI di jalur politik merupakan terobosan baru dan berpeluang memecahkan kebekuan politik diantara umat Islam ".
DR. Eggi Sudjana, Pengacara/ Caleg DPD RI Provinsi Jabar, 17 Desember 2008 :
"Saya menyatakan mendukung (pendirian partai, red) FPI dan ikut memperjuangkan pembubaran Ahmadiyah"
(Pernyataan yang disampaikan melalui pesan singkat ponsel kepada redaksi www.fpi.or.id).
sumber : http://fpi.or.id/index.php?p=detail&nid=131
Tidak ada komentar:
Posting Komentar